Dinkes Cirebon Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Menular, Sebagian Besar Capai Target

KOTA CIREBON – Koranprogresif.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon menggelar kegiatan Evaluasi Program Penjagaan dan Pengendalian Penyakit Menular yang dihadiri lintas sektor di lingkungan Pemerintah Kota Cirebon, Kamis (30/10/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh unsur kecamatan, kelurahan, rumah sakit, seluruh puskesmas, Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan, serta beberapa dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, hingga perwakilan kepala SMA se-Kota Cirebon.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr. Siti Maria, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya evaluasi tahunan untuk melihat sejauh mana capaian program dalam mengendalikan berbagai penyakit menular di wilayah Kota Cirebon.
“Kita ingin melihat seberapa besar capaian kita, kemudian hambatan apa saja yang dihadapi di lapangan. Karena tidak semua penyebab infeksi bisa dikendalikan oleh sektor kesehatan saja. Ada faktor lingkungan, pengetahuan masyarakat, dan dukungan lintas sektor lain,” ujar Siti Maria
Menurutnya, Kota Cirebon memang tidak bisa lepas dari ancaman berbagai penyakit menular. Beberapa di antaranya yang sering muncul antara lain demam berdarah, ISPA, leptospirosis, gigitan ular atau hewan berbisa, serta influenza.
“Hari ini kita mengevaluasi 12 program penyakit menular, mulai dari DBD, ISPA, Hepatitis, TBC, HIV, Chikungunya, Filariasis, Kusta, hingga penyakit akibat gigitan hewan pembawa rabies serta tumbuhan beracun,” jelasnya.
Ia menambahkan, secara umum capaian program pengendalian penyakit menular di Kota Cirebon tahun ini berjalan baik.
“Alhamdulillah, secara umum semua program sudah mencapai target, bahkan beberapa sudah melebihi target yang ditetapkan. Kita bekerja berdasarkan sasaran, dan capaian ini tentu hasil kerja sama semua pihak,” ungkapnya.
Meski demikian, masih ada beberapa puskesmas yang belum mencapai target karena persoalan teknis dalam pelaporan data.
“Setiap bulan kami menerima laporan dari puskesmas. Dari situ kami evaluasi, identifikasi kendala, dan turun langsung ke lapangan. Terkadang kendalanya karena SDM atau luas wilayah yang besar, sehingga data belum terinput dengan sempurna,” jelasnya.
Menurutnya, sebagian besar puskesmas sebenarnya telah melaksanakan kegiatan sesuai program, hanya saja datanya belum masuk sistem.
“Jadi bukan berarti tidak dikerjakan, tapi ada yang belum terinput di sistem. Kami terus dampingi petugas agar penginputan berjalan lancar. Kalau kendala dari SDM kita bantu pendampingan, tapi kalau dari sisi infrastruktur seperti internet atau jaringan, itu diserahkan ke pihak puskesmas dan instansi terkait,” tuturnya.
Siti Maria juga menyoroti masih adanya data TBC anak yang nihil di beberapa puskesmas.
“Ada data TBC anak yang 0, bisa jadi memang di wilayah tersebut tidak ditemukan kasus TBC anak, atau bisa juga datanya belum terlaporkan dengan baik,” katanya.
Sementara itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Cirebon, Sulfianti Irfan, menjelaskan bahwa meningkatnya kasus penyakit menular belakangan ini juga dipengaruhi oleh perubahan cuaca ekstrem.
“Cuaca sekarang sangat ekstrem, kadang panas sekali, lalu tiba-tiba dingin. Hal ini bisa menurunkan daya tahan tubuh, dan ketika daya tahan tubuh menurun, risiko terkena penyakit menular semakin tinggi,” ungkap Sulfianti.
Ia menambahkan, faktor lingkungan juga menjadi penyebab utama munculnya berbagai penyakit.
“Lingkungan yang kotor pasti berpotensi menjadi sumber penyebaran penyakit. Jadi masyarakat harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Cuci tangan sebelum makan, konsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga,” katanya.
Dalam evaluasi tersebut, Dinkes juga menemukan wilayah dengan kasus DBD tertinggi di Kota Cirebon, yaitu Kelurahan Kalijaga, disusul beberapa wilayah lain seperti Pegambiran.
“Kasus DBD di Kalijaga cukup tinggi. Kemungkinan karena masih ada lahan-lahan kosong yang tidak terawat. Saat masyarakat fokus memberantas sarang nyamuk di rumah masing-masing, area kosong sering kali terabaikan, padahal bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak,” jelas Sulfianti.
Karena itu, pihaknya mendorong peran aktif masyarakat dan aparatur wilayah untuk menjaga kebersihan bersama.
“Kita butuh komitmen dari semua pihak, termasuk RW dan masyarakat sekitar, agar wilayah tetap bersih dan bebas dari genangan air. Pencegahan penyakit itu tidak bisa hanya dilakukan oleh petugas kesehatan,” tandasnya.
Melalui evaluasi ini, Dinkes Kota Cirebon berkomitmen memperkuat koordinasi lintas sektor guna mempercepat pencapaian target pengendalian penyakit menular serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar masyarakat Kota Cirebon terlindungi dari ancaman penyakit menular,” tutupnya. (Roni)



